Ini adalah artikel lanjutan dari artikel pertama Masalah dan masalah datang lagi, lalu bagaimana?? untuk sahabat yang belum baca bisa klik link itu. Kalau di artikel kemarin saya bisa menyebutnya sebagai latar belakang, maka untuk artikel berikut adalah pembahasanya, mohon maaf agak teoritis karena ini memang bahan skripsi saya pribadi.
Definisi Masalah
Menurut W.Gulo Masalah kalau diartikan pada hakikatnya ialah kesenjangan/ketidaksesuaian antara situasi nyata dan kondisi yang di inginkan, jadi realita yang terjadi itu berbeda dengan keinginan yang kita harapkan, misalnya kita ingin dapat nilai bagus tapi ternyata dapetnya jelek, atau kita berharap hubungan yang kita bina baik dengan sahabat atau pasangan baik-baik saja ee ternyata ada ganjalan/problem. Nah kesenjangan atau ketidaksesuaian tersebut biasanya menampakkan diri dalam bentuk keluhan, keresahan, kerisauan atau kecemasan.
Nah untuk lebih memudahkkan kita dalam memahami, ada beberapa contoh masalah berdasarkan tingkatan dan dampak yang di timbulkan baik secara fisik ataupun psikis terhadap seseorang agar lebih mudah untuk memahami apa itu masalah, berikut coontohnya:
1.
Kehilangan
Pasangan (100%)
2.
Kehilangan
Anggota Keluarga / Meninggal (90%)
3. perceraian/
Perselisihan di Antara Anggota Keluarga
(80%)
4. Tersangkut
Masalah Hukum/ Kriminal (70%)
5. Bisnis
Yang Bangkrut/ Baru Saja Kena PHK (60%)
Dan masih banyak contoh masalah-masalah yang lain namun
biasanya kadarnya lebih rendah dari yang
5 besar ini
Setelah paham mengenai definisi masalah, sekarang kita lanjut
ke mencari arti dari penyelesaian masalah itu sendiri, Masih menurut W. Gulo ia
menambahkan bahwa penyelesaian masalah
adalah proses memikirkan dan mencari jalan keluar bagi masalah itu sendiri. Setiap
individu berusaha untuk menyelesaikan masalah yang muncul dengan berbagai cara
yang berbeda sesuai dengan pengalaman masa lalu dan pengetahuan yang dimiliki.
Walaupun pada dasarnya tujuan menyelesaikan masalah adalah sama yaitu
mendapatkan solusi atau jalan keluar dari masalah yang dihadapi.
Sedangkan Endler berpendapat bahwa strategi mengatasi
masalah ialah sebagai usaha individu yang melibatkan aspek pikiran (cognitive),
perasaan (affective) dan tindakan (behavior) untuk menghadapi tuntutan internal
maupun eksternal yang dinilai melampaui
kemampuan yang dimiliki.
Kemudian
ada juga pendapat dari Aldwin & Revenson yang menyatakan bahwa
strategi penyelesaian masalah merupakan
suatu cara atau metode yang dilakukan oleh tiap individu untuk mengatasi dan
mengendalikan situasi atau masalah yang dialami dan dipandang sebagai hambatan,
tantangan, yang bersifat menyakitkan, serta merupakan ancaman yang bersifat
merugikan.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat diperoleh pengertian bahwa kemampuan mengatasi
masalah adalah kesanggupan individu dalam usahanya mencari jawaban atau jalan
keluar terhadap permasalahan yang dimiliki atau dihadapi sehingga diperoleh
hasil pemilihan salah satu jawaban dari beberapa alternatif pemecahan yang
mengarah pada satu tujuan tertentu.
Model
dan Bentuk Strategi Penyelesaian Masalah
Menurut Lazarus and Folkman
secara umum membagi strategi penyelesaian
masalah dalam dua kategori utama
yaitu,
1) Strategi mengatasi masalah yang
berorientasi pada masalah (Problem Focused Coping).
Strategi mengatasi
masalah yang berorientasi pada masalah adalah usaha aktif yang dilakukan individu
dalam menghadapi situasi menekan. Strategi mengatasi masalah yang berorientasi
mencari pokok dan penyelesaian masalah memungkinkan individu membuat rencana
dan tindakan selanjutnya serta berusaha menghadapi segala kemungkinan yang akan
terjadi. Dalam problem
focused coping orientasi utamanya adalah
mencari dan menghadapi pokok permasalahan dengan cara mempelajari strategi atau keterampilan-keterampilan baru dalam rangka mengurangi stressor (masalah) yang
dihadapi atau dirasakan individu.
2) Strategi mengatasi masalah yang berorientasi pada
emosi (Emotion Focused Coping).
Adalah usaha yang dilakukan individu untuk
mengatur atau menurunkan tekanan emosi yang meyertai kejadian menekan yang
dialaminya. Strategi mengatasi masalah yang berorientasi pada emosi digunakan ketika
sumber tekanan diketaui tidak jelas atau ketika seseorang tidak mengetahui
strategi yang lebih efektif untuk digunakan. Dalam kategori
ini, terdapat kecenderungan individu lebih
memfokuskan diri untuk melepaskan
emosi yang berfokus pada kekecewaan
ataupun distress yang dialami dalam rangka untuk
melepaskan emosi atau perasaan tersebut.
Pendapat
di atas sejalan dengan pendapat Skinner yang mengemukakan
pengklasifikasian bentuk coping sebagai berikut, yaitu.
1) Prilaku Coping yang
berorientasi pada masalah (Problem Focused Coping)
a. Planfull problem solving (mempertimbangkan)
b. Direct action (menyelesaikan
langsung)
c.
Assistance seeking (mencari
dukungan)
d.
Information
seeking (mencari informasi)
2)
Prilaku coping yang
berorientasi pada emosi (Emotional Focused Coping)
a.
Avoidance (menghindar)
b.
Denial (menolak)
c.
Self-critiscm (menyalahkan
diri sendiri)
d.
Positive reappraisal (melihat
sisi positif)
Dalam
menghadapi tuntutan permasalahan hidup, setiap individu mempunyai strategi
mengatasi masalah yang berbeda dengan individu lain tergantung pada keyakinan
dan penilaian masing-masing individu terhadap berbagai situasi yang dihadapi, walaupun pada dasarnya tujuan menyelesaikan masalah
adalah sama yaitu mendapatkan solusi atau jalan keluar dari masalah yang dihadapi
Lebih lanjut, Moos (dalam Dahlia, 2006:47) telah menyusun skala strategi mengatasi masalah pada seseorang. Berdasar pada teorinya, strategi mengatasi masalah di bedakan menjadi dua aspek yaitu:
1)
Aspek
strategi mengatasi masalah aktif (active
confrontation coping styles)
Berikut aspek yang
menunjukkan bahwa individu menghadapi secara langsung kejadian menekan yang
dialaminya. Terdiri dari:
- Analisis Logis (logical analisis),yaitu usaha individu untuk memahami masalah yang dihadapi dan siap menerima konsekuensinya
- Penilaian Positif (positive appraisal), yaitu usaha individu untuk menilai dan mengartikan permasalahan yang di hadapinya secara positif serta mengambil hikmah dari setiap masalah yang dihadapinya.
- Mencari Bimbingan dan Dukungan (seeking guidance and support), yaitu usaha indivdu untuk mencari informasi, dukungan, nasehat dan bimbingan dari orang lain.
- Mengatasi Masalah (Problem solving) yaitu usaha indivdu untuk melakukan tindakan dan mengatasi langsung masalah yang di hadapinya.
2)
Aspek
strategi mengatasi masalah pasif (avoidance
coping styles)
yang menunjukan
bahwa individu menghindari kejadian menekan yang dialaminya. Terdiri dari:
- Penghindaran kognitif (Cognitive Avoidance), yaitu usaha individu untuk menghindari pikiran mengenai masalah yang di hadapinya
- Penerimaan (Acceptance or Resignation), yaitu usaha individu untuk mereaksi masalah dengan cara menerimanya secara pasif atau pasrah terhadap keadaan yang dialaminya.
- Ganjaran alternatif (Seeking Alternative Rewards), yaitu usaha individu untuk mencari atau terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dan mencari kepuasan dari kegiatan tersebut.
- Pelepasan emosi (Emosional Discharge), yaitu usaha individu untuk mengurangi tekanan emosi dengan cara mengekspresikan perasaan negatifnya pada diri sendiri dan orang lain.
Strategi
mengatasi masalah merupakan suatu proses yang dinamis, artinya bahwa respon setiap
individu dalam menghadapi tuntutan permasalahan hidup tidak selalu sama,
perbedan respon tersebut menghasilkan berbagai macam gaya dalam menyelesaikan
masalah, yang selanjutnya dibedakan menjadi dua macam yaitu strategi mengatasi
masalah aktif dan strategi mengatasi masalah pasif. Menurut Holahan dan
Moos (dalam Dahlia,2006:46) dibandingkan strategi mengatasi masalah pasif,
individu yang menggunakan strategi mengatasi masalah aktif menunjukkan
keberhasilan dalam mengatasi masalah yang muncul. Hal ini di sebabkan karena
individu yang mengatasi kejadian menekan dengan cara aktif akan menggunakan
aspek kognitif dan perilaku yang dimiliki untuk merubah cara pikir dan segera
mungkin mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang tepat.
Nah kalau kita amati sejenak
diantara beberapa strategi mengatasi masalah di atas kita dapat sederhanakan lagi
menjadi 2 kelompok yaitu antara Problem
Focused Coping dan Active Confrontation Coping Styles menjadi
1 kelompok, karena sebenarnya 2 pendapat ini hampir sama yaitu secara aktif berupa tindakan nyata berusaha untuk
menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi. Biasanya kita dapat
mengaplikasikan model ini jika sumber masalah yang sedang menimpa kita dapat di
identifikasi atau secara nyata bisa di lihat, misalnya: Masalah yang berhubungan dengan pekerjaan,
sekolah, keluarga dan berkenaan juga dengan orang lain.
Kemudian kita dapat
mengelompokan lagi antara Strategi Mengatasi
Masalah Pasif (avoidance coping styles
dan Coping Yang
Berorientasi Pada Emosi (Emotional Focused Coping) menjadi
1 kelompok, karena 2 moodel ini sebenarnya hampir sama yaitu secara pasif
berusaha menyelesaikan masalah dan lebih memilih untuk meredakan emosi/perasaan
yang bergejolak akibat masalah yang didera, biasanya orang yang memilih metode
ini akan berusaha untuk melihat sisi baik dari masalah itu (hikmah) dan
menerimanya sebagai ujian dari sang pencipta. Biasanya kita dapat
mengaplikasikan model ini jika sumber masalah yang sedang menimpa kita tidak dapat
di identifikasi atau secara nyata tidak bisa di lihat, misalnya: Masalah yang berhubungan dengan Takdir, Nasib atupun
juga biasanya berupa Musibah dan Bencana Alam yang memang bukan kuasa kita
untuk mengaturnya.
Saran dari penulis, apabilla
kita masih sanggup berusaha secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang
sedang di hadapi maka lakukanlah, dari pada kita hanya berdiam diri meratapi
nasib apalagi lari dari masalah tersebut
Faktor yang Mempengaruhi Strategi Penyelesaian Masalah
Zainun (dalam Dahlia, 2012) menyatakan bahwa cara individu
menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh: 1) sumber daya
individu yang meliputi kesehatan fisik/energy; 2) ketrampilan memecahkan
masalah; 3) ketrampilan social; 4) dukungan sosial dan ketersediaan sumber daya
materi.
Sedangkan
menurut Parker (dalam Dian Indrayani,
2013:235) ketika seseorang melalukan
strategi penyelesaian masalah, ada tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi.
Ketiga hal tersebut adalah: 1) karakteristik situasional; 2) faktor lingkungan
fisik dan psikososial; 3) faktor personal atau perbedaan individu yang
mempengaruhi manifestasi coping antara lain jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, status sosial ekonomi, persepsi terhadap stimulus yang dihadapi dan
tingkat perkembangan kognitif individu.
Lebih lanjut Lazarus dan Folkman (dalam Dahlia, 2012)
mengemukakan bahwa factor-faktor yang menentukan efektivitas mengatasi masalah
yaitu, (1) karakteristik kepribadian,
yaitu jenis kepribadian dari individu yang bersangkutan (2) dukungan
sosial yaitu dukungan dan bantuan dari orang-orang di sekitar individu yang
berupa informasi untuk membantu individu mengatasi masalahnya maupun dukungan
emosional yang memberikan arti bahwa individu merasa dihargai dan diperhatikan.
Dari berbagai uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan mengatasi
masalah belajar seseorang yaitu.
1) Faktor
internal atau yang berasal dari dalam diri individu, meliputi: 1) kondisi fisik dan psikis; 2)
karakteristik kepribadian; 3) ketrampilan memecahkan masalah; 4) ketrampilan
dalam tingkah laku social.
2) Faktor eksternal atau
yang berasal dari luar individu,
meliputi 1) dukungan sosial baik dari keluarga, teman ataupun lingkungan
masyarakat; 2) ketersediaan sarana penunjang dan tingkat ekonomi keluarga; 3)
pertolongan dari tenaga ahli seperti konselor / psikolog.
Demikianlah tinjaun secara teoritis mengenai problem solving
strategi (coping) semoga bermanfaat,
Untuk sahabat yang menginginkan
file skripsi secara utuh untuk bahan penelitian ataupun tugas akhir bisa komen
ataupun kirim email.
Bagikan
Strategi Menyelesaikan Masalah (Tinjauan Teoritis)
4/
5
Oleh
Karirmahasiswa